Nama :Aiman Mansur
Nim : 1171504432
KOMUNIKASI
VISUAL
Ilmu grafis Desain ini membahas Elemen-Elemen Dalam Desain
Komunikasi Visual yaitu Tipografi, Simbolisme, Ilustrasi & Fotografi.
Elemen desain komunikasi visual secara langsung maupun tidak langsung terhubung
dengan nirmana dan semiotika untuk menghasilkan karya desain grafis yang
menarik. Penekanan Fungsi dan kemanfaatan yang saling bersinergi dengan
estetika adalah karya desain yang dicari semua desainer dan diminati customer.
Abstrak
Dalam era globalisasi informasi dan teknologi seperti sekarang
ini, Desain Komunikasi Visual berperan penting dan menjadi topik hangat yang
tidak dapat terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Hampir setiap hari,
kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai bentuk-bentuk dari Desain Komunikasi
Visual. Sayangnya, banyak diantara kita yang belum sadar akan tujuan dan
manfaat dari Desain Komunikasi Visual itu sendiri. Tulisan ini akan membahas mengenai
apa pengertian, manfaat, elemen dari Desain Komunikasi Visual
Sejarah Dari Komunikasi
Visual
Sejak jaman pra-sejarah manusia telah mengenal dan mempraktekkan
komunikasi visual. Bentuk komunikasi visual pada jaman ini antara lain adalah
piktogram yang digunakan untuk menceritakan kejadian sehari-hari pada Jaman Gua
(Cave Age), bentuk lain adalah hieroglyphics yang digunakan oleh bangsa Mesir.
Kemudian seiring dengan kemajuan jaman dan keahlian manusia, bentuk-bentuk ini
beralih ke tulisan, contohnya prasasti, buku, dan lain-lain. Dengan
perkembangan kreatifitas manusia, bentuk tulisan ini berkembang lagi menjadi
bentuk-bentuk yang lebih menarik dan komunikatif, contohnya seni panggung dan
drama; seperti sendratari Ramayana, seni pewayangan yang masih menjadi alat
komunikasi yang sangat efektif hingga sekarang.
Sebagai suatu profesi, desain komunikasi visual baru berkembang
sekitar tahun 1950-an. Sebelum itu, jika seseorang hendak menyampaikan atau
mempromosikan sesuatu secara visual, maka ia harus menggunakan jasa dari
bermacam-macam “seniman spesialis”. Spesialis-spesialis ini antara lain adalah
visualizers (seniman visualisasi); typographers (penata huruf), yang
merencanakan dan mengerjakan teks secara detil dan memberi instruksi kepada
percetakan; illustrators, yang memproduksi diagram dan sketsa dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, desain komunikasi visual telah melengkapi
pekerjaan dari agen periklanan dan tidak hanya mencakup periklanan, tetapi juga
desain majalah dan surat kabar yang menampilkan iklan tersebut.Desainer
komunikasi visual telah menjadi bagian dari kelompok dalam industri komunikasi
– dunia periklanan, penerbitan majalah dan surat kabar, pemasaran dan hubungan
masyarakat (public relations).
Perbedaan Komunikasi
Visual dan Seni Murni
Desain Komunikasi Visual bukan seni murni. Seorang seniman pada
bidang seni murni terkadang mempunyai penonton atau pengamat hanya satu
(seniman itu sendiri), dimana karya seni tersebut merupakan ekspresi emosi dan perasaan
dari seniman itu sendiri yang pada akhirnya bertujuan untuk memuaskan diri
seniman tersebut. Sedangkan seorang desainer komunikasi visual menghadapi lebih
dari satu pengamat yang kadangkala bisa mencapai jutaan orang, dimana desainer
itu harus dapat memahami dan menginterpretasikan permintaan seseorang atau
sekelompok orang ke dalam suatu karya desain yang pada akhirnya bertujuan untuk
memuaskan orang atau sekelompok orang itu.
Seringkali desain komunikasi visual tampak seperti seni murni, dan
sebaliknya seni murni dapat tampak seperti desain komunikasi visual. Bahan dan
teknik yang digunakan juga hampir sama, tetapi maksud dan tujuan
masing-masingnya berbeda. Seniman dan desainer, keduanya berusaha memecahkan
problem visual, tetapi seniman murni bertujuan lebih untuk memuaskan diri;
sedangkan desainer harus menggerakkan sekelompok orang untuk menghadiri suatu
acara, mengikuti petunjuk, memahami peta suatu lokasi atau membeli suatu
produk.
Desain komunikasi visual memegang peranan yang sangat penting
dalam kehidupan kita sehari-hari. Kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai
informasi-informasi yang berkomunikasi secara visual. Tanda-tanda dan
rambu-rambu lalu lintas, poster-poster promosi tentang restoran, hotel dan lain
sebagainya, semua dapat memberikan informasi kepada pengamatnya yang terdiri
dari berbagai kelompok usia dan berasal dari berbagai kalangan dan golongan.
Hal ini juga yang membedakan desain komunikasi visual dari seni murni, di mana
desain komunikasi visual harus bersifat universal (dapat dimengerti oleh semua
orang), sedangkan dalam seni murni lebih bersifat emosional, di mana maksud
dari seniman itu tidak harus dapat diartikan dan dibaca oleh orang lain.
Pengertian Dan Fungsi
Desain Komunikasi Visual
Desain komunikasi visual adalah desain yang mengkomunikasikan
informasi dan pesan yang ditampilkan secara visual. Desainer komunikasi visual
berusaha untuk mempengaruhi sekelompok pengamat. Mereka berusaha agar
kebanyakan orang dalam target group (sasaran) tersebut memberikan respon positif
kepada pesan visual tersebut. Oleh karena itu desain komunikasi visual harus
komunikatif, dapat dikenal, dibaca dan dimengerti oleh target group tersebut.
Seorang desainer komunikasi visual yang profesional harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang luas tentang komunikasi visual. Selain
visualisasi dan bakat yang baik dalam berkomunikasi secara visual, ia juga
harus mempunyai kemampuan untuk menganalisa suatu masalah, mencari solusi
masalah tersebut dan mempresentasikan secara visual. Alat-alat canggih seperti
komputer dan printer yang up-to-date hanya berfungsi sebagai sarana untuk
meningkatkan produktifitas. Dalam perkembangannya selama beberapa abad, desain
komunikasi visual mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sebagai sarana
identifikasi, sebagai sarana informasi dan instruksi, dan yang terakhir sebagai
sarana presentasi dan promosi.
a. Desain Komunikasi Visual sebagai sarana identifikasi
Fungsi dasar yang utama dari desain komunikasi visual adalah
sebagai sarana identifikasi. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa
orang itu, atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan suatu benda atau
produk, jika mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk itu
dan mudah dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya. Kita akan lebih mudah
membeli minyak goreng dengan menyebutkan merek X ukuran Y liter daripada hanya
mengatakan membeli minyak goreng saja. Atau kita akan membeli minyak goreng
merek X karena logonya berkesan bening, bersih, dan “sehat”.
b. Desain Komunikasi Visual sebagai sarana informasi dan instruksi
Sebagai sarana informasi dan instruksi, desain komunikasi visual
bertujuan menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam
petunjuk, arah, posisi dan skala; contohnya peta, diagram, simbol dan penunjuk
arah. Informasi akan berguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat,
pada waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan
dipresentasikan secara logis dan konsisten. Simbol-simbol yang kita jumpai
sehari-hari seperti tanda dan rambu lalu lintas, simbol-simbol di tempat-tempat
umum seperti telepon umum, toilet, restoran dan lain-lain harus bersifat
informatif dan komunikatif, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang dari
berbagai latar belakang dan kalangan. Inilah sekali lagi salah satu alasan
mengapa desain komunikasi visual harus bersifat universal.
c. Desain Komunikasi Visual sebagai sarana presentasi dan promosi
Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan
promosi adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari
mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat; contohnya
poster. Penggunaan gambar dan kata-kata yang diperlukan sangat sedikit,
mempunyai satu makna dan mengesankan. Umumnya, untuk mencapai tujuan ini, maka
gambar dan kata-kata yang digunakan bersifat persuasif dan menarik, karena
tujuan akhirnya adalah menjual suatu produk atau jasa.
Elemen-Elemen Dalam
Desain Komunikasi Visual
Untuk dapat berkomunikasi secara visual, seorang desainer
menggunakan elemen-elemen untuk menunjang desain tersebut. Elemen-elemen yang
sering digunakan dalam desain komunikasi visual antara lain adalah tipografi,
simbolisme, ilustrasi dan fotografi. Elemen-elemen ini bisa digunakan
sendiri-sendiri, bisa juga digabungkan.
Tidak banyak desainer komunikasi visual yang sangat “fasih” di
setiap bidang ini, tetapi kebanyakan mempunyai kemampuan untuk bervisualisasi.
Seorang desainer komunikasi visual harus mengenal elemen-elemen ini. Jika ia
tidak dapat mengambil sebuah foto tentang kejadian tertentu, maka ia harus tahu
fotografer mana yang mampu, bagaimana mengemukakan keinginannya dan bagaimana
memilih hasil akhir yang baik untuk direproduksi. Ia juga harus dapat membeli
dan menggunakan ilustrasi secara efektif, dan seterusnya.
a. Desain dan Tipografi
Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca
tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai metode untuk
menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi bahasa
visual ini adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui
segala bentuk media, mulai dari label pakaian, tanda-tanda lalu lintas, poster,
buku, surat kabar dan majalah. Karena itu pekerjaan seorang tipografer (penata
huruf) tidak dapat lepas dari semua aspek kehidupan sehari-hari.
Menurut Nicholas Thirkell, seorang tipographer
terkenal, pekerjaan dalam tipografi dapat dibagi dalam dua bidang, tipografer
dan desainer huruf (type designer). Seorang tipografer berusaha untuk
mengkomunikasikan ide dan emosi dengan menggunakan bentuk huruf yang telah ada,
contohnya penggunaan bentuk Script untuk mengesankan keanggunan, keluwesan,
feminitas, dan lain-lain. Karena itu seorang tipografer harus mengerti
bagaimana orang berpikir dan bereaksi terhadap suatu image yang diungkapkan
oleh huruf-huruf. Pekerjaan seorang tipografer memerlukan sensitivitas dan
kemampuan untuk memperhatikan detil. Sedangkan seorang desainer huruf lebih
memfokuskan untuk mendesain bentuk huruf yang baru.
Saat ini, banyak diantara kita yang telah terbiasa untuk melakukan
visualisasi serta membaca dan mengartikan suatu gambar atau image. Disinilah
salah satu tugas seorang tipografer untuk mengetahui dan memahami jenis huruf
tertentu yang dapat memperoleh reaksi dan emosi yang diharapkan dari pengamat
yang dituju.
Dewasa ini, selain banyaknya digunakan ilustrasi dan fotografi,
tipografi masih dianggap sebagai elemen kunci dalam Desain Komunikasi Visual.
Kurangnya perhatian pada pengaruh dan pentingnya elemen tipografi dalam suatu
desain akan mengacaukan desain dan fungsi desain itu sendiri. Contohnya bila kita
melihat brosur sebuah tempat peristirahatan (resor), tentunya kita akan melihat
banyak foto yang menarik tentang tempat dan fasilitas dari tempat tersebut yang
membuat kita tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut untuk bersantai. Tetapi
bila dalam brosur tersebut digunakan jenis huruf yang serius atau resmi
(contohnya jenis huruf Times), maka kesan santai, relax dan nyaman tidak akan
‘terbaca’ dalam brosur tersebut.
b. Desain dan Simbolisme
Simbol telah ada sejak adanya manusia, lebih dari 30.000 tahun
yang lalu, saat manusia prasejarah membuat tanda-tanda pada batu dan
gambar-gambar pada dinding gua di Altamira, Spanyol. Manusia pada jaman ini
menggunakan simbol untuk mencatat apa yang mereka lihat dan kejadian yang
mereka alami sehari-hari.
Dewasa ini peranan simbol sangatlah penting dan keberadaannya
sangat tak terbatas dalam kehidupan kita sehari-hari. Kemanapun kita pergi,
kita akan menjumpai simbol-simbol yang mengkomunikasikan pesan tanpa penggunaan
kata-kata. Tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, hotel, restoran,
rumah sakit dan bandar udara; semuanya menggunakan simbol yang komunikatif
dengan orang banyak, walaupun mereka tidak berbicara atau
menggunakan bahasa yang sama.
Simbol sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk
menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan, contohnya sebagai komponen dari
signing systems sebuah pusat perbelanjaan. Untuk menginformasikan letak toilet,
telepon umum, restoran, pintu masuk dan keluar, dan lain-lain digunakan simbol.
Bentuk yang lebih kompleks dari simbol adalah logo. Logo adalah
identifikasi dari sebuah perusahaan, karena itu suatu logo mempunyai banyak
persyaratan dan harus dapat mencerminkan perusahaan itu. Seorang desainer harus
mengerti tentang perusahaan itu, tujuan dan objektifnya, jenis perusahaan dan
image yang hendak ditampilkan dari perusahaan itu. Selain itu logo harus
bersifat unik, mudah diingat dan dimengerti oleh pengamat yang dituju.
c. Desain dan Ilustrasi
Ilustrasi adalah suatu bidang dari seni yang berspesialisasi dalam
penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari kamera atau fotografi
(nonphotographic image) untuk visualisasi. Dengan kata lain, ilustrasi yang
dimaksudkan di sini adalah gambar yang dihasilkan secara manual.
Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi menjadi tren dalam Desain
Komunikasi Visual. Banyak orang yang akhirnya menyadari bahwa ilustrasi dapat
juga menjadi elemen yang sangat kreatif dan fleksibel, dalam arti ilustrasi
dapat menjelaskan beberapa subjek yang tidak dapat dilakukan dengan fotografi,
contohnya untuk untuk menjelaskan informasi detil seperti cara kerja
fotosintesis.
Seorang ilustrator seringkali mengalami kesulitan dalam usahanya
untuk mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan ilustrasi, tetapi jika ia
berhasil, maka dampak yang ditimbulkan umumnya sangat besar. Karena itu suatu
ilustrasi harus dapat menimbulkan respon atau emosi yang diharapkan dari
pengamat yang dituju. Ilustrasi umumnya lebih membawa emosi dan dapat bercerita
banyak dibandingkan dengan fotografi, hal ini dikarenakan sifat ilustrasi yang
lebih hidup, sedangkan sifat fotografi hanya berusaha untuk “merekam” momen
sesaat.
Saat ini ilustrasi lebih banyak digunakan dalam cerita anak-anak,
yang biasanya bersifat imajinatif. Contohnya ilustrasi yang harus menggambarkan
seekor anjing yang sedang berbicara atau anak burung yang sedang menangis
karena kehilangan induknya atau beberapa ekor kelinci yang sedang bermain-main.
Ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan harus dapat merangsang imajinasi anak-anak
yang melihat buku tersebut, karena umumnya mereka belum dapat membaca.
d. Desain dan Fotografi
Ada dua bidang utama di mana seorang desainer banyak menggunakan
elemen fotografi, yaitu penerbitan (publishing) dan periklanan (advertising).
Beberapa tugas dan kemampuan yang diperlukan dalam kedua bidang ini hampir
sama. Menurut Margaret Donegan dari majalah GQ, dalam penerbitan (dalam hal ini
majalah) lebih diutamakan kemampuan untuk bercerita dengan baik dan kontak
dengan pembaca; sedangkan dalam periklanan (juga dalam majalah) lebih
diutamakan kemampuan untuk menjual produk yang diiklankan tersebut.
Kriteria seorang fotografer yang dibutuhkan oleh sebuah penerbitan
juga berbeda dengan periklanan. Dalam penerbitan, fotografer yang dibutuhkan
adalah mereka yang benar-benar kreatif dalam “bercerita”, karena foto-foto yang
mereka ambil haruslah dapat “bercerita” dan menunjang berita yang diterbitkan.
Sedangkan dalam periklanan, fotografer yang dibutuhkan adalah mereka yang
kreatif dan jeli, serta mempunyai keahlian untuk bervisualisasi. Contohnya,
jika sebuah penerbit hendak menerbitkan berita tentang perampokan, maka
fotografer harus berusaha untuk mengambil foto-foto yang dapat menunjang berita
tersebut, misalnya suasana di sekitar tempat kejadian, korban, saksi mata dan
lain-lain. Jika sebuah perusahaan periklanan hendak mempromosikan suatu parfum
wanita yang berkesan anggun dan lembut, maka fotografer harus dapat mengambil
foto-foto yang menonjolkan keanggunan dan kelembutan dari parfum tersebut,
misalnya dengan latar belakang kain sutra dengan warna-warna pastel yang
berkesan lembut.
Fotografi sering dipakai selain karena permintaan klien, juga
karena lebih “representatif”. Contohnya jika sebuah majalah yang memuat tentang
wawancara dengan seorang bintang sinetron yang sedang naik daun, maka akan
digunakan foto dari bintang itu untuk menunjang desain di samping isi berita
itu sendiri. Contoh lain, untuk menggambarkan sebuah tempat berlibur dalam
sebuah brosur biro perjalanan, jika menggunakan ilustrasi hasilnya tidak akan
semenarik dibandingkan dengan foto.
Fotografi sangat efektif untuk mengesankan keberadaan suatu
tempat, orang atau produk. Sebuah foto mempunyai kekuasaan walaupun realita
yang dilukiskan kadangkala jauh dari keadaan yang sesungguhnya. Selain itu
sebuah foto juga harus dapat memberikan kejutan dan keinginan untuk
bereksperimen, misalnya dalam hal mencoba resep masakan yang baru atau tren
berpakaian terbaru. Selain elemen-elemen ini, seorang desainer perlu mengerti
tentang konsep dasar pemasaran dan hubungannya dengan visualisasi. Ia juga
perlu mempunyai kemampuan untuk bekerja dengan rapi dan tepat. Ia juga perlu
mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi (people skills) untuk menghadapi
klien, supplier, sub kontraktor, percetakan dan lain-lain.
Kesimpulan
Desain Komunikasi Visual merupakan suatu bidang baru yang sedang
dan akan terus berkembang. Dalam era globalisasi ini peran Desain Komunikasi
Visual tidak terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari dan menjadi sangat
penting. Manusia dengan kesibukan sehari-hari yang menyita sebagian besar
waktunya, cenderung mengutamakan efektivitas. Efektivitas dapat dicapai dengan
mengkomunikasikan suatu informasi atau pesan secara visual. Seiring dengan
majunya tingkat kecerdasan manusia, banyak diantara kita yang memiliki
kecenderungan dan “fasih” dalam bervisualisasi, sehingga mempermudah tujuan dan
fungsi dari Desain Komunikasi Visual itu sendiri yaitu sebagai sarana
identifikasi, sarana informasi dan instruksi, dan sarana presentasi dan
promosi.
Desain sendiri adalah suatu evolusi. Untuk sebagian orang, desain
merupakan suatu perjalanan atau proses yang menyenangkan. Apa yang kita
pikirkan dalam proses itu bercerita tentang diri kita dan proses kreatifitas.
Selain itu, mengajarkan kita bagaimana sebuah desain yang berhasil lahir dari
berbagai proses mencoba dan gagal (trial and error). Pada akhirnya, hasil dari
desain itulah yang tentunya mendapatkan pengakuan, tetapi prosesnya yang
membuat hasil itu menjadi berarti.
0 komentar:
Posting Komentar